Showcases

Background Image

OUR FEATURES

Paper

Tulisan-tulisan ilmiah dengan kajian literatur yang pernah dipublish dalam Jurnal Ilmiah

Research

Berisi hasil Riset-riset baik yang dilakukan secara individu maupun kelompok

Training

Berisi bahan-bahan training, dapat dijadikan referensi tambahan dalam berbagai acara training

Agenda tahunan perjalanan luar negeri Jurusan Pendidikan Teknik Informatika dan Komputer (PTIK) angkatan 2012 Fakultas Tarbiyah IAIN Bukittinggi dengan menyandang sebuah tema “Temu Ilmiah Internasional (Internatinal Scientific Meeting)” menuju 3 Negara, Malaysia-Singapura-Thailand tanggal 09-17 Maret 2015

Minggu, 08 maret 2015 H-1 pukul 20.00 wib Rektorat IAIN bukittinggi. Malam ini adalah malam kebersamaan kami yang pertama menjelang keberangkatan menuju Negeri Jiran Malaysia. Segala persiapan tahap akhir harus sudah clear malam ini, rapat kecilpun kami adakan. Pusat kerohanian lantai 2 menjadi pusat segala aktifitas kami malam itu, mulai dari pembahasan segala kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi selama perjalan 9 hari di 3 negara sampai persiapan yang yang paling kecil (perlengkapan pribadi) sekalipun tak luput dalam pembahasan kami. Malam itu Bapak Supratman Zakir langsung memimpin rapat evaluasi keberangkatan yang didampingi oleh Bapak Sarwo Derta serta Ketua panitia dan jajarannya. Ada sedikit guratan kecewa diwajah Pak Man, ternyata masih ada diantara teman-teman yang kurang peduli dengan waktu. Pak Man selalu bilang “saya selalu mewanti-wanti kalian agar selalu peduli dengan waktu, saya tidak mau ada yang terlambat. Jika terlambat akan ditinggal “. Begitu pesan Pak Man kepada kami semua, bahwa waktu sedetikpun sangat beharga apalagi kalau di negera orang.

Disamping itu, Pak Adek membawa kabar gembira terkhusus bagi Jurusan PTIK. Tanggal 9 Maret 2015 Tim Acessor dari BAN PT akan datang ke IAIN Bukittinggi dalam rangka melakukan penilain terhadap Jurusan PTIK. Semoga dengan kedatangan Tim Acessor ini akan menaikkan Akreditasi PTIK dari C menjadi minimal B atau A maksimal. Karena dengan kedatangan Tim Accessor ini yang bertepatan dengan hari keberangkatan kami, membuat Pak adek selaku Ketua Jurusan urung diri untuk pergi menemani perjalan kami dikarenakan beliau harus mendampingi Tim Accessor. Tapi tidak apa-apa, ini seua demi kemajuan PTIK untuk kedepannya.

Jam sudah menunjukkan pukul 23.00 wib, derai tawa dan alunan cerita dari teman-teman masih terdengar. Mata ku tak mau dipejamkan walau rasa ngantuk menjalari urat-urat mataku, terbayang beberapa jam lagi akan meninggalkan Indonesia khususnya Bukittinggi tercinta salama 9 hari. Pusat Keronanian lantai 2 menjadi saksi bisu awal cerita kami…

Ding dung ding duung, alarm saling sahut-sahutan membangunkan tidur kami di pukul 03.00 wib. Intruksi dari teman-teman yang lain tidak ketinggalan membangunkan kami, “woii kawen-kawen jago jago, capeklah wak ka barangkek lai. Bus lah standby di lua, sia yang talambek tingga”. Semua bergegas mengemasi barang bawaan masing-masing untuk dimasukkan ke dalam Bus.

Senin, 9 maret 2015 hari H perjalanan ku. Berawal dari keberangkatan kami dari Kampus tercinta yang dihantar dengan 2 bus IAIN Bukittinggi menuju bandara Internasinal Minangkabau (BIM). 21 orang cewek dan 18 orang cowok ditambah 2 orang dosen akan mengisi cerita perjalanan kami. Semua sibuk mengurusi barang bawaan, takut kalau ada yang ketinggalan. Tapi sayang, pagi-pagi subuh wajah Pak Man dan Pak Jack dilanda kekhhawatiran. Gimana tidak, salah satu koper teman ku nggak ketemu. Ternyata setelah ditelusuri kopernya ketinggalan di kampus, dan mau tak mau koper tersebut harus sampai di bandara sebelum jam 07.30 wib karena jadwal keberangkatan kami pukul 08.00 wib. Jika koper tersebut tidak sampai pada batas waktu yang ditentukan, sipemilik koper terancam gagal berangkat. Untungnya nasib baik masih berpihak kepadanya.

Hampir terlupa, perjalan ku didampingi oleh Bapak Supratman Zakir dan Bapak Zakaria Aziz atau lebih populer dengan panggilan Pak Jack. Pak Jack ini lah sebagai dosen sekaligus Agen Travel kami, beliau yang nantinya akan menyiapkan segala kebutuhan kami di disana. Sedangkan Pak Man hadir sebagai dosen yang akan setia menemani sekaligus mengawasi kami.

Oke balik lagi, ini adalah kali kedua ku mengunjungi BIM. Kali pertama saat ku masih SD kelas 6 dalam rangka cuma liat-liat pesawat yang mau lepas landas alias ajang rekreasi dan sekarang kali kedua ku megunjungi BIM dengan cerita yang berbeda. Bismillah, hari ini tepat pukul 08.30 wib kaki kanan ku langkahkan ke pintu pesawat Air Asia, tentunya setelah melewati rangkaian administrasi yang baru perdana ku lalui. Tertera ditiket pesawat ku nomor duduk C18, ku telusuri lorong pesawat dengan langkah mantap sampai ku temukan tempat duduk tujuan ku.

Rasa senang dan syukur yang teramat merasuki tubuhku hingga ku hilang kendali. Akibatnya aku seperti orang gila yang senyum-senyum sendiri selihat keadaan ini, tak pernah ku bayangkan dan ku percayai hal ini akan terjadi di dalam kehidupan ku. Karena suatu hal yang mustahil bagi aku seorang mahasiswa yang hanya berasal dari keluarga sederhana di 50 Kota akan menginjakkan kakinya di 3 negara sekaligus Malaysia-Singapura-Thaliland selama 9 hari. Untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari saja Ibu dan Ayah ku yang sudah beranjak tua harus rela bekerja keras, begitu juga ke 5 orang kakak laki-laki ku. Satu hal yang tak pernah ku lupakan dari mereka, “kalau untuk urusan sekolah apapun akan kami usahakan, sekolah nomor satu. Dan untuk biaya-biaya, ii nggak usah memikirkannya, itu adalah tugas dan kewajibab orang tua”. Dan mungkin karena kepercayaan, keikhlasan dan ketulusan dari orang tua dan keluarga ku, Allah memberi kami jalan dan memberikan ku izin serta kesempatan untuk mengukir sejarah ini.

Jam 10.30 waktu Malaysia kami berhasil mendarat dengan selamat di Kuala Lumpur International Airport/KLIA, Welcome in Malaysia. Sebelum kami meninggalkan bandara, kami harus melewati yang namanya imigrasi. Berbagai jenis orang ku lihat, ada yang putih hitam, pendek tinggi, mancung pesek, pakai jilbab dan seksi sekalipun. Inilah bandara kelas Internasional.

Sambutan hangat dari Guide yang telah menunggu kedatangan kami disana, Bapak Mohammad Nur dan Bapak Arif selaku sopir bus yang akan mengantarkan perjalanan kami. Cuaca di Malaysia tak ubahnya dengan cuaca di Padang, panas. Ku berebut tempat duduk dengan teman-teman ku yang lain, berharap dapat tempat duduk yang mantap dan teman sebangku ku adalah Yola Rofita Sari. Siang ini kami langsung menuju ke penginapan yang berada di daerah Kampung Baru jalan Raja Alang, spesialnya kami dapat menikmati pemandangan Menara Petronas dari dalam penginapan. Hari ini kami akan istirahat sampai jam 5 sore tentunya setelah makan siang di restoran Padang uni Upik. Kami bisa memilih 1 sambal apa aja plus 1 jenis sayur apa aja, uniknya kami bisa mengambil sendiri makanan kami tanpa diambilkan oleh si empunya restoran kecuali sendokan nasinya.

Jam 17.00 waktu Malaysia, kami bersiap-siap memulai rute perjalanan kami menuju Majid Sultan Salahuddin Abdul Aziz atau dikenal dengan Masjid biru, ini dikarenakan kubahnya bewarna biru dan salah satu kubahnya adalah kubah terbesar di Malaysia. Dan kami berencana ingin menunaikan ibadah shalat magrib disana sebelum kami menuju ke I-City atau terkenal dengan sebutan Kota lampu digital. Semua yang ada di kota tersebut terbuat dari ribuan lampu LED canggih, mulai dari pepohonan, bunga, air, taman, binatang-binatang, dan lainnya. Walapun cuaca agak kurang beruntung alias gerimis tak mematahkan semangat kami untuk berfoto-foto, mengabadikan setiap momen yang takkan kami temukan di Bukittinggi. Satu hal yang ku lihat, dihari pertama ku berada di sini tak ada satu pun sampah yang berserakan sekalipun ditempat umum, berbeda dengan negara ku.

Selasa, 10 Maret 2015 H+1. Agenda utama kami hari ini mengunjungi Universiti Kebangsaan Malaysia (UKM). Pagi ini pagi yang sibuk, banyak cerita yang terjadi di pagi ini termasuk cerita tentang jilbab ku yang bolong gara-gara setrika yang kelewat panas.

Sambutan hangat kami rasakan dari pihak UKM, terbukti dengan jamuan makan pagi sebelum acara diskusi kami mulai. Berhubung lidahku minang banget, ku terkejut dengan rasa makanan yang disajikan. Dasar, selera kampung ku ini tak bisa di ajak kompromi dengan makan makanan Internasional. Makan selesai, lanjut dengan diskusi. Diskusi berjalan alot, banyak pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan seputar bagaimana proses perkuliahan disana sampai mempertanyakan bagaimana cara jika ingin melnjutkan perkuliahan disana. Pertemuan ditutup dengan memberikan kenang-kenangan dari kami dan sebaliknya. Makan siang di area kampus UKM tepatnya di Keris Mas. Seperti biasa, makanannya berbau manis, tapi tidak apa-apa anggap sanja aku lagi wisata kuliner selama 9 hari. Kapan lagi…?

Tour selanjutnya menuju Putrajaya, Putrajaya adalah pusat administrasi Malaysia. Banyak gedung-gedung megah yang berada disana yang biasanya menjadi objek wisata, misalkan Masjid Putra yang dibangun pemerintah bagi pegawai pemerintahan dan penduduk sekitar serta pengunjung, Istana Maroko atau Astaka Marocco, Dataran Kemerdekaan, hingga Istana Negara Malaysia. Seperti biasa, penyakit foto-foto ku kambuh lagi, sampai-sampai ku berfoto bersama pengawal istana Negara.

Perjalanan hari ini berakhir di Batu Caves, Batu Caves adalah bukit kapur yang memiliki serangkaian gua dan kuil gua. Gua ini adalah salah satu Kuil Hindu di luar India yang paling populer yang didedikasikan untuk Dewa Muruga, di gerbang sebelum masuk dibuatkan sebuah patuang Dewa Muruga dengan tinggi 37 m. Batu Caves menjadi objek wisata situs religius dan memiliki banyak pantangan jika memasuki kawasan gua. Setelah melalui hari yang panjang, kami kembali menuju penginapan. Dan untuk masalah makan selama di penginapan, restoran Uni Upik menjadi langganan kami.

Rabu, 11 Maret 2015 H+2 di luar negeri. Pagi ini kami siap-siap mau berangkat menuju ke Universiti Putra Malaysia (UPM). Seperti biasa kami para ibuk-ibuk sibuk berdandan, suasa penginapan heboh plus ricuh dengan segala cerita pagi itu. Ada yang teriak-teriak suruh cepat mandi, ngomel-ngomel karena jilbab bolong, selfie-selfie-an, update status, dan sebagainya.

Waduh, kata-kata mutiara ala Pak Jack keluar pagi ini, “siapa yang terlambat satu menit, azab !!” begitulah kira-kira bunyinya. Ini gara-gara salah seorang teman ku selalu telat, dan akhirnya dia kami tinggal dipenginapan sendirian. Alhasil dia nyusul kami ke UPM dengan taxi. Welcome to UPM. Suasa kampus yang tertata rapi dan bersih dari sampah langsung menghipnotis mata ku. Tatanan kampus yang rapi nan hijau membuat ku langsung merasa nyaman dengan tempat ini. Perlahan kami mencoba melangkah ke Fakulti Sains Komputer dan Teknologi Maklumat dan sambutan hangat kami rasakan pagi itu. Jabatan tangan Bapak Supratman dan Bapak Zakaria Aziz disambut baik oleh  petinggi Fakulti diantaranya Bapak Prof. Dr. Madia Abu Bakar selaku Dekan dan Bapak Dr. Azizur Abdullah sebagai Deputi Dekan. Layaknya tamu yang datang dari jauh, kami langsung diajak menuju salah satu ruangan fakulti, dimana disana ternyata sudah terhidang makanan pagi. Mie, donat, dan teh menjadi menu sarapan kami disini, tanpa menunggu lama antrian panjang terjadi dimeja hidang. Sebagai mahasiswa, tak lupa kami menunjukkan budaya antri yang kadang masih disepelekan oleh sebagian orang.

Diskusi berlangsung degan baik, dari banyak hal yang didiskusikan satu hal yang mebuat saya tertarik. Hasil karya dari mahasiswa-mahasiswanya di-copyright-kan oleh fakultas dan makalah-makalah yang dibuat oleh mahasiswa dibuatkan jurnalnya. Betapa orang-orang disana menunjukkan bagaimana kualitas dari mahasiswanya. Dan satu hal lagi yang hampir saya lupa, kata meraka kuliah S2 disana cuma 2 tahun paling lama dan tidak perlu membuat tesis, tetapi cukup dengan melakukan riset-riset saja. Diskusi ditutup dengan saling memberikan cindera mata, dan kami pun kebagian cindera mata berupa pena dan buku yang dikemas dalam tas kertas berlambangkan UPM. Sebagai tamu yang datang dari jauh, tour keliling kampus jadi andalan mereka. Pertama ke labor robotik dan selanjutnya keliling UPM (takakan pernah lupa dengan yang namanya foto-foto). Tapi jangan bayangkan keliling UPM dengan jalan kaki (jauh keless), kalau jalan kaki kita butuh 3 hari 3 malam untuk mengelilinginya, luas kampusnya saja puluhan ribu hektar.

Kalau mau dibandingkan dengan kampus IAIN Bukittinggi, kita emang bukan sebanding dengan mereka, tapi tidak salah jika kita belajar dari kampus yang levelnya di atas kita. Misalnya saja masalah parkiran ataupun kantin, demi menjaga kenyamanan dan ketenangan mahasiswa saja, area parkiran dan kantin diposisikan jauh dari ruangan perkuliahan. Tujuannya agar perkuliahan jauh dari kebisingan dan terhindar dari bau makanan yang pastinya akan menggoda mereka. Ku hanya bisa berharap kalau kampus ku tercinta ini kelak akan menjadi kampus yang besar dan tertata dengan benar.

Siang setelah shalat zuhur, Malaka menjadi tujuan kami selanjutnya. Gelak tawa tak pernah berhenti disepanjang perjalanan. Berbagai macam cerita yang diceritakan, tak ada cerita bosan dalam kamus kami. Red Square, disini banyak bangunan peninggalan jajahan portugis yang masih dilestarikan, seperti gereja, Red Clock Tower, Museum, Benteng, dan sebagainya. Dan juga ada kapal yang mirip dengan kapal Jack Sparrow, tapi ternyata itu adalah sebuah museum namanya Museum Samudera. Dan tak lupa kami singgah di Masjid Selat Malaka dulu sebelum pulang ke penginapan. Dan penyakit suka foto-foto ku kambuh lagi kalau sudah lihat pemandangan yang bagus.

Kamis, 12 Maret 2015 H+3. Tak terasa ternyata sekarang sudah hari keempat aku berada di Malaysia, tak terasa hari berjalan begitu cepat. Pagi-pagi kami sudah standby dipenginapan dengan rencana mau tour ke Genting Highland. Genting Highland merupakan rangkaian pegunungan yang tingginya mencapai 2000 meter di atas permukaan laut dan terdapat 5 hotel megah diatasnya. Untuk mencapai puncak tersebut, kita menggunakan kereta gantung Genting Skyway yang dikendalikan oleh sistem komputer. Selama menuju ke atas puncak, kaki ku gemetaran selama di dalam bola gantung alias kereta gantung yang bentuknya seperti bola itu. Bayangkan, apa yang akan terjadi jika tali gantungannya itu putus dan kami jatuh ke dalam jurang. Tetapi resiko itu telah diminimalisir oleh pihak disana, perawatan rutin selalu dilakukan selama 2 hari dalam sebulan. Setelah pucuknya berhasil kami daki, ku serasa berada di Bukittinggi karena cuacanya yang dingin. Kaki ini tak merasakan letih untuk selalu berjalan menuju tempat-temat yang unik. Ada sebuah tempat dimana disana terdapat replika-replika bangunan bersejarah di dunia. Misalnya saja aku serasa di Amerika ketika melihat Patung Liberty, serasa di Bukittinggi ketika lihat Jam Gadang ada disana. Banyak lagi replika yang lain, ada patung hulk, Superman, bangunan bergaya Inggris, dll. Dan ada sebuah tempat yang sangat terkenal di seluruh dunia, Casino de Genting lah tempatnya. Siapa yang tidak kenal dengan Casino, tempat perjudian ini yang masuknya saja banyak syaratnya, salah satunya harus berumur 21 tahun ke atas (anak-anak dilarang masuk ya, bobok di rumah). Uhhh kami ngantri buat foto-foto di depan nama Casino de Genting, Pak Man dengan kaca mata hitamnya juga tak mau kalah gaya dengan kami. Sedangkan Pak Jack cuman geleng-geleng kepala liat tingkah kami.

Setelah merasa puas, kami kembali ke bawah dengan menggunkan kereta gantung. Siapa yang phobia ketinggian dijamin mules kalau naik ini, untung aku tidak phobia ketinggian. Tapi ini cukuplah buat perutku naik turun dan lutut ku menggigil (dalam hati beristighfar). Bus sudah siap menanti kami, perjalanan selanjutnya shopping di area Pasar Seni Kuala Lumpur. Serba-serbi oleh-oleh ada disini dengan harga yang tidak terlalu mahal. Tapi bagi orang seperti ku, semurah apa kata orang disini tetap mahal bagi ukuran kantong ku. Setelah merasa puas belanja (terpaksa merasa puas karna kantong kering) kami mau menuju kesebuah menara yang sangat terkenal di negara ini yaitu Menara Kembar Petronas. Dari Pasar Seni menuju ke menara, kami menaiki kereta api listrik. Lucunya tiket untuk naik kereta tersebut berupa koin warna bitu, koin tersebut harus diserahkan kembali ketika mau turun dari kereta. Selang beberapa menit kami sampai ditujuan dengan selamat, tapi bagi 2 orang teman ku agak kurang beruntung. Mereka ketinggalan kereta di stasiun pertama, alhasil mereka menyul kami dengan menaiki kereta yang berbeda. Baru saja memasuki kawasan Menara Petronas, kamera langsung standby untuk foto-foto. Kenapa tidak, karna kurang afdol jika ke Malaysia kalau tidak selfi-selfian dengan latar Menara Petronas. Perjalanan hari ini berakhir di Menara Kembar Petronas.

Jumat, 13 Maret 2015 H+4. Hari ini bakalan menjadi hari yang penting, pasalnya kami mau melangkah ke negara tetangga, Singapura. Keberangkatan kali ini berbeda, bayangkan tak satupun diantara kami yang mandi pagi sebelum berangkat, padahal tujuan kami hari ini adalah Singapura. Parahnya lagi, kami dilarang mandi sebelum berangkat oleh Pak Man. Ternyata eh ternyata, hari ini kami berangkat jam 2 tengah malam makanya Pak Man melarang kami untuk mandi sebelum berangkat dan mandinya dilebihkan di restarea sebelum masuk ke kawasan Imigrasi Singapura. heheee

Ini imigrasi ke tiga yang telah ku lalui dan ketiganya berbeda. Di Singapura boleh dikatakan tingkat keamanannya lebih tinggi, bayangkan semua peserta cowok dari rombongan kami ditahan untuk beberapa waktu. Mereka semua dimasukkan ke dalam ruangan lain untuk diinterogasi. Entah apa yang membuat mereka sampai diinterogasi lebih lanjut, alhasil candaanpun keluar. “makonyo kalau namo tu jan namo teoris jo nan bapakai”, terus “tu lah, tampang TKI dibaok jo kamari”, dan lagi “wajah teroris dipakai”. Semua tertawa melihat kejadian ini dan ini menjadi pengalaman tersendiri bagi mereka yang diinterogasi di negara orang. Dan satu lagi pesan yang selalu disebut Pak Jack “jangan berani merokok sembarangan, jangan bawa permen karet, jangan biasakan buang sampah disembarangan. Kalau ketajuan didendan $50 dan bayar sendiri” dan disambung teman yang lain “azab !”

Perjalanan dilanjutkan ke Singapura Flyer atau Bianglala terbesar di Singapura terus ke Marina Bay. Setelah puas berfoto-foto, kami langsung menuju ke ikonnya Singapura Merlion serta ke Universal Studio. Cuaca yang sangat panas tak menyurutkan semangat ku siang itu, cucuran keringat tak membuatku urung diri untuk berfoto, dalam pikirku mungkin ini adalah satu-satunya kesempatan untuk ku bisa berdiri disini mengamati setiap yang belum pernah ku temui dan belajar dari apa yang ku lihat walaupun kulit ku hangus terbakar matahari. Saking hebohnya foto, sampe-sampe Pak Man sama Pak Jack selalu dicuekin dan di punggungin (haha maaf ya Pak, maklum patung singa nggak ada di Jam Gadang :D). Sentosa Beach Island menjadi tujuan kami selanjutnya, unruk menuju kesana, kami harus menaiki kereta api monorail. Stasiun yang sangat bersih dan tertib ini membuat ku merasa nyaman berada disitu. Karena disini ada pantainya, pantaipun tak luput dari tujuan kami dan kereta otong-odong akan siap membawa kami keliling pantai dan satu lagi, gratis atau tidak pakai bayar. “Mata polos  ku ternodai” begitulah kata Annisa saat berada di tetpi pantai. Semua turis yang ada disana berpakaian sangat minim alias seksi-seksi. “Banyak urang miskin-miskin disiko, baju se ndak taboli de” canda Pak Jack keluar dibarengi dengan gelak tawa kami semua. Gimana ya pendapat anak-anak cowok melihat ini ? Satu orang cowok berhasil ku wawancarai segera, “cie yang lah pueh mancaliak pemandangan yang ehem-ehem”, begini tanggapannya “ahh ndak, lah bosan wak caliak yang model tu, wak cinta produk Indonesia jo nyo”. Haha untung dia nggak bilang “lum pueh wak lai”. Seperti itulah keadaan diluar negeri, mereka sudah terbiasa dengan pakaian yang serba minim. Ini lah yang membedakan kita umat beragama dengan mereka yang hanya cinta dunia saja. Sebelum perjalan kami berakhir, shalat pun kami selenggarakan di Masjid Arab kemudian kami lanjutkan dengan cuci mata di Bugis Street alias belanja souvenir-souvenir cantik dengan harga yang melangit. Ada satu lagi ceritanya ni, gara-gara penampilan 3 cowok ini yang sederhana, ditambah duduk manis depan gedung megah sambil nungguin teman-teman yang lain, mereka dikunjungi oleh 4 petugas keamanan. Hahaa mungkin para petugas tersebut mengira mereka mau tiiiiiiitttt (disensor) kali ya. Untung pasposrt selalu standby disaku mereka, kalau tidak Pak Jack pasti turun tangan dan “azab”. Pasalnya disana keamanan dan ketertiban number one, jadi segala tindakan kia selalu diawasi deh. (jadi jangan sembarangan duduk di tempat orang kalau tidak mau di datangi petugas keamanan, hehee)

Sabtu, 14 Maret 2015 H+5. Setengah hari kami habiskan dengan istirahat total karena jam 02.00 malam kami baru sampai dipenginapan dari Singapura. Kadang saya heran entah kenapa kaki ini tidak merasakan capek ketika berjalan kesana kemari seharian. Mungkin karena saking senangnya berada di luar negeri. Siang jam 14.00 kami berangkat dari penginapan dan tak akan kembali lagi kesana, pasalnya hari ini kami mau menuju ke negara ketiga, Thailand. Koper-koper siap dimasukkan ke dalam bagasi mobil, artinya perjalanan hari ini dimulai. Siang itu tour kami mulai dari Dataran Merdeka dan dilanjutkan beli coklat di Masjid India. Dalam pikiran ku, Masjid India adalah sebuah masjid yang di lingkungannya terdapat jajanan coklat yang banyak. Tetapi ternyata disana tidak terdapat satu masjid pun, yang ada cuma bangunan tinggi dengan toko-toko pakaian yang didominasi penjual asal India. Diantara toko-tersebut terdapat supermarket yang khusus menjual coklat berkualitas, artinya coklat tersebut tidak akan meleleh jika berada disuhu yang lumayan panas. Shophingpun berakhir, Menara Kembar Petronas menjadi pilihan kami untuk menghabiskan malam terakhir di Malaysia sebelum menuju Thailand. Jam 10.00 malam bus yang kami tumpangi mulai merangkak meninggalkan Malaysia dan malam ini kami beristirahat di dalam bus hingga pagi menjelang.

Minggu, 15 Maret 2016 H+6. Tampaknya pagi ini pagi yang kurang beruntung untuk ku. Restarea yang berada di perbatasan Malaysia-Thailand tidak seperti yang kami bayangkan, tempatnya lebih sederhana dan boleh dikatakan kurang bersih dan fasilitasnya lebih minim. Sudah begitu banyak tempat-tempat peristirahatan yang aku temui, semunya bersih dari sampah, terawat, wangi, kaca dimana-mana, wc nya banyak, dan gratis pula. Gara-gara hal tersebut, aku jadi gagal mandi pagi walaupun sebagian besar dari teman-teman ku mandi pagi. Tak apa, teman sebangku ku juga sama-sama tidak mandi, sama-sama bau deh. Sepanjang perjalanan menuju ke Thailand, kami mengikuti les kilat bahasa Thailand dengan tutor guide kami sendiri. Misalkan untuk mengucapkan salam apa kabar bahasa Thailandnya, Sawadikha. Terimakasih, konkunkha, berapa harganya¸ tauraikha. Semua kata yang diucapkan ujung-ujungnya bunyi dihidung, gelak tawa mengiringi les kilat kami siang itu.

Nah sebelum memasuki Thailand pastinya kami melewati yang namanya kantor imigrasi. Sungguh berbeda dengan imigrasuh berbeda dengan imigrasi yang lain. diHatyai, ya tujuan kami di Thailand adalah sebuah propinsi yang paling dekat dengan Malaysia, itu pun membutuhkan waktu 9 jam perjalanan. Sebelum menjelajahi Hatyai, kami menuju ke hotel tempat kami menginap malam ini dan berhubung sudah sampai di hotel, aku pun langsung mandi. Setiap kamar dihuni oleh 2 orang, fasilitas kamar yang disediakan lumayan bagus dan cukup nyaman. Tujuan pertama kami di Thailand adalah Patung Budha Tidur, patung budha dengan warna emas yang cukup panjang ini berada dalam posisi tidur dan itu lah yang membuat tempat ini menjadi lebih menarik. Penyakit foto-foto ku tak bisa dihentikan, jepret sana jepret sini walapun kameranya modal minjam dari tetangga sebelah tapi semangat foto ku tak bisa hilang. Selanjutnya kami menuju ke kawasan pantai Songkhla dan iconnya yang terkenal disana adalah patung Mermaid alias patung duyung. Terik matahari sore membuat kami tidak betah lama-lama berada di tepi pantai, untung bus kami memiliki ac yang membuat badan kami dingin lagi. Nah, Pasar terapung menjadi incaran selanjutnya, tetapi hati-hati memilih makanan ditempat ini. Tak semua makanan berlabel halal, bayak makanan yang berasal dari babi. Jilbab yang kami pakai mempermudah transaksi kami saat membeli makanan, karena mereka mengetahui umat muslim tidak makan daging babi, mereka sering mengatakan “no pig, no pig” atau “pig pig” mungkin maksudnya ini bukan daging babi atau makanan ini dari daging babi. Ku merasa terharu jilbab yang ku pakai menjadi sebuah penyelamat bagi ku di negara orang, secara tidak langsung mereka ternyata menghormati orang-orang berkerudung apalagi masalah makanan. Berkelilingpun usai dan kami kembali menuju ke hotel.

Siapa yang mau shophing mania, Pasar Malam adalah pilihanya. Apapun yang dijual di pasar malam ini relatif lebih murah dibandingkan harga pada siang hari. Hati-hati, dipasar malam ini banyak bencong-bencong yang berkeliaran. Makanya Pak Jack mengingatkan kalau pergi harus berombongan, tidak boleh pisah-pisah. Pulang dari pasar malam, kami menaiki taxi ala Thailand yang dikenal dengan nama tuk-tuk, dengan tarif 8 bath perorang kami sudah bisa sampai di hotel plus jalan-jalan keling hotel dengan tuk-tuk. Banyak hal yang terjadi selama di hotel, ada yang terkunci di luar gara-gara kartu kamar tertinggal di dalam, ada yang bermasalah dengan kamar mandinya alias tidak bisa menggunakan swhowe, ada telfon-telfon iseng yang setiap saat berbunyi, bahkan juga ada yang naik turun lift gara-gara di Indonesia nggak pernah naik lift. Beginilah tampang anak-anak IAIN Bukittinggi di luar negeri.

Senin, 16 Maret 2015 H+7. Hari kedua ku berada di Thailand, pagi ini ku mengikuti Pak Jack ke Pasar Pagi. Tapi sebelumnya kami menikmati sarapan pagi dulu di retoran muslim yang berada tidak jauh dari hotel. Ternyata benar, harga yang semalam cuma 120 bath sekarang menjadi 300 bath. Huu sanyangnya malam ini kami tidak lagi berada di Thailand, karena jam 02.00 siang nanti kami mau check out dari hotel dan kembali menuju ke Malaysia.

Jika dibandingkan dengan dua negara sebelunya, misalkan dari segi fisik atau tatanan kota Thailand jauh berbeda dari mereka. Tatanan kota yang rapi dan bersih jarang ditemui di Thailand, jika berada di Thailand aku serasa masih berada di Indonesia. Kabel listrik berserakan dimana-mana, sampah numpuk sana-sini, dan banyak area-area kosong yang masih belum terbenahi dan dimanfaatkan.

Siangnya kami kembali menuju Malaysia tepatnya Pulau Penang/Pulau Pinang, membutuhkan waktu berjam-jam menuju kesana. Rancananya kami mau melihat sunset terakhir di luar negeri, tapi sayang kami sedikit terlambat sampai disana. Untuk sampai di Pulau Pinang, kami harus melewati jembatan yang super panjang, ya panjang jembatan yang kami lintasi adalah 13.5 meter.  Uniknya, tidak ada yang boleh untuk berhenti di sepanjang jembatan apapun yang terjadi, kecuali kalau ban mobilnya bocor. Hal itu lah yang berbeda dengan jembatan-jembatan yang pernah ku temui, di tempatku umumnya jembatan menjadi tempat favorit untuk nongkrong anak-anak muda dan tempat yang strategis untuk jualan. alhasil jembatan tidak hanya berfungsi sebagai tempat lintasan tetapi tempat parkir juga.

Malam ini, adalah malam terakhir kami untuk meeting-meetingan. Tanpa dikomandoi, duduk dengan pola “O” sudah terbentuk, Pak Man dan Pak Jack menjadi pusat perhatian kami. Banyak cerita yang kami bagi malam itu baik suka maupun duka selama perjalanan 8 hari kami. Tak terasa ternyata tinggal satu hari aku disini, ingin rasanya menambah hari 9 hari lagi. Sambil duduk-duduk dan cerita bersama, kami pandangi langit Malaysia yang dihiasi bintang dan pesawat yang tiap lima menit melintas di atas kami. Sesi saling maaf-maafan pun berlangsung, pengakuan demi pengakuan keluar dari mulut-mulut kami. Pak Man mengatakan “sebenarnya saya telah bosan setiap tahun kesini dan ketempat yang  itu-itu aja, tapi demi anak-anak saya jurusan PTIK saya ikhlas. Saya ingin mengubah mainset dan pola pikir anak-anak saya. Ini bukan hanya sekedar perjalan biasa, tetapi banyak hah yang bisa kita pelajari dan dapatkan dari sana”. Memang benar, ini seperti acara liburan keluar negeri dan jalan-jalan kesana-kemari bagi mereka yang hanya memandang ini sebagai acara jalan-jalan saja. Tapi bagi mereka yang mau belajar mereka akan memaknainya lebih dari itu, bahwa pengalaman adalah hal yang tak bisa dibeli tetapi dirasakan dan dilalui. Pak Jack pun tak ketinggalan “kalian tidak akan rugi dengan perjalanan 9 hari kalian disini dengan biaya yang tergolong murah, kalian bisa menikmati makan enak di restoran 3 kali sehari, mendapatkan penginapan yang lumayan bagus dan ditambah tour-tour ke berbagai tempat, selain itu banyak hal-hal baru yang bisa dipelajari, akan rugilah mereka yang tidak bisa pergi”.

Selasa, 17 Maret 2015 H+8 perjalanan menuju bandara. Akhirnya ini lah jam-jam terakhir kami disini. Menutup lembaran perjalanan “MaSiTha ku” selama 9 hari. Sambil duduk manis memandangi luasnya langit biru yang dihiasi awan-awan tebal di jendela pesawat. Kembali terlintas dibenakku, aku merasa beruntung dan bersyukur dengan kesempatan yang telah Allah berikan kepada ku, tak pernah ku sangka dan ku bayangkan ternyata ku telah mampu mengukir sejarah untuk diri ku sendiri di negara orang. Berbagai hambatan dan rintangan selalu menghantui rencana keberangkatan ku. Air mata, kekhawatiran, rasa takut serta rasa putus asa sempat terbesit dalam langkah ku, mengingat orang seperti ku dengan perekonomian yang pas-pasan rasanya sesuatu hal yang tidak mungkin untuk menginjakkan kakinya di negara orang. Tapi Allah berkehendak lain dan mendengar doa ku, doa ibu ayah ku, dan doa kami semua. Akhirnya 3 negara ku lalui bersama teman, sahabat, dan dosen-dosenku walaupu banyak sekali kekurangan ku.  Kepercayaan dan keyakinan itu perlu, kita harus percaya kepada Allah bahwa hal yang tidak mungkin terjadi akan mungkin menurut Allah. Ku selalu mengingat kata-kata dari Pak Man 2 tahun lalu, “masalah biaya tidak usah dipikirkan, yang penting kita yakin bahwa kita akan berangkat 2 tahun lagi. Allah selalu mendengar doa kita, dan kita harus percaya kepada Allah”. Itu lah yang selalu dipesankan Pak Man kepada kami dan buktinya aku telah kembali mengarungi 3 negara sekaligus. Banyak cerita mengisi perjalanan ku selama 9 hari di 3 negara, (MaSiTha > Malaysia-Singapura-Thailand) 3 negara ini mempunyai karakteristik yang berbeda dan disanalah aku dapat belajar banyak hal.  

 

Who Am I

Menebar benih ilmu pengetahuan, merajut persaudaraan, membina ukhwah, menerangi cahaya yang telah terang, menanam secuil harapan.

Dalam lautan, terhampar "KEKAYAAN"yang tiada "TARA", bertarunglah dengan ombak dan gelombang tuk raih "KEKAYAAN" tersebut,

tapi jika rasa "AMAN" yang engkau pilih maka "DUDUK" lah di tepi pantai..


Sesungguhnya insan hidup terbuat dari tanah
hidupnya terbatas dari tanah ke tanah
namun mengapa manuasia menjadi lupa
bersikap sombong membusungkan dada
bersikap angkuh dan besar kepala
insan hidup tak ada arti di hadapan sang Pencipta

Yang Kuasa dan Sang Pencipta
adalah tempat bertanya dan meminta
adakah manusia bertanya
dengan segala kebersihan hati
adakah insan meminta dengan kejujuran jiwa...?

 

Menjadi manusia yang bermanfaat bagi orang lain merupakan visi terbaik dimata hamba dan Tuhan.

Lihat awan dikala hujan rintik
terlihat pelangi berwarna unik
warna-warni kehidupan yang klasik
walau penuh dengan intrik

...sungguh bijak wahai saudara
walau kita saling berbeda
menyatukan sikap dan satu kata
dari pada sibuk dengan prasangka

Kenapa kita berbesar kepala
orang lain dianggap tiada
merasa kita yang paling bisa
selain itu dibawah kita

...lihatlah wahai saudara
warna pelangi tidaklah sama
tapi mereka tidak pernah merasa beda
kenapa kita tidak seperti mereka..?

tidak musti kita harus sama
tapi kita juga tdk selalu berbeda
berbeda tapi sama
akankah kita bisa...??

kita disini hanya "berdua"
tapi kenapa kita saling "sengketa"
saling sikut saling "murka"
seperti mau perang dunia ketiga

tidakkah bisa kita sekata
dalam satu "rumah" satu "nirwana"
kita tinggalkan baju "singgasana"
tuk menggapai bintang nan jauh "disana"

 

Penanaman nilai-nilai kehidupan merupakan ijtihad hidup yang ditempuh dalam rangka melukis kanvas kehidupan supaya lebih berwarna dan bermakna di mata Tuhan.

We Are in News

Dibalik Corona (6736)

Supratman Zakir 01.19.2022

Covid-19 masih berlanjut, bermunajat kita kepada Allah SWT semoga ujian yang amat berat bagi manusia ini, cepat berlalu dan kita semua bermuhasabah diri atas apa yang telah ditimpakan kepada kita...

Read more: ...

Faiza Faroghta Fanshob (10411)

Supratman Zakir 05.30.2020

Tahun 2020 merupakan tonggak kembalinya untuk lebih produktif menghasilkan karya. Alhamdulillah tahun ini 4 (empat) artikel sudah publish d Jurnal Internasional terindeks Scopus. Kolaborasi...

Read more: ...

Kegembiraan di tengah Kesedihan (10717)

Supratman Zakir 05.30.2020

Covid-19, menjadi kata hampir disebut sepenjuru pelosok dunia. Kehadirannya membuat penduduk bumi ini sakan kehilangan arah. Para ahli seolah kehilangan keahliannya, para ilmuan seolah kehilangan...

Read more: ...

Kupas Tuntas : Bahasa Pemrograman Berbasis Web (13569)

Supratman Zakir 03.28.2019

Resensi : KUPAS TUNTAS BAHASA PEMROGRAMAN BERBASIS WEB   Hampir 2 tahun "tertidur dari menulis, diakibatkan fokus pada penyelesaian disertasi, Alhamdulillah awal 2019 buku ini dipersembahkan untuk kita semua....

Read more: ...

RECENT MY WORKS

Dibalik Corona

Covid-19 masih berlanjut, bermunajat kita kepada Allah SWT semoga ujian yang amat berat bagi manusia ini, cepat berlalu dan kita semua bermuhasabah diri atas apa yang telah ditimpakan kepada kita semua. Selepas dari itu produktivitas tetap harus dijaga, apalagi sebagai insan akademik, penelitian, pengabdian merupakan sebuah keniscayaan.

Faiza Faroghta Fanshob

Tahun 2020 merupakan tonggak kembalinya untuk lebih produktif menghasilkan karya. Alhamdulillah tahun ini 4 (empat) artikel sudah publish d Jurnal Internasional terindeks Scopus. Kolaborasi merupakan kunci langkah ini. semoga langkah ini enjadi pemicu untuk menghasilkan karya-karya selanjutnya. Fa'iza Faraghta Fanshob. 

Kegembiraan di tengah Kesedihan

Covid-19, menjadi kata hampir disebut sepenjuru pelosok dunia. Kehadirannya membuat penduduk bumi ini sakan kehilangan arah. Para ahli seolah kehilangan keahliannya, para ilmuan seolah kehilangan keilmuannya. Tuhan semesta alam, lagi-lagi menunjukkan begitu Maha Besarnya DIA, hanya dengan makhluk yang tak tampak, Allah mengejutkan seantaro dunia dengan Kekuasaan-Nya.

Kupas Tuntas : Bahasa Pemrograman Berbasis Web

Resensi : KUPAS TUNTAS BAHASA PEMROGRAMAN BERBASIS WEB

 

Hampir 2 tahun "tertidur dari menulis, diakibatkan fokus pada penyelesaian disertasi, Alhamdulillah awal 2019 buku ini dipersembahkan untuk kita semua. Buku ini mengupas secara tuntas beberapa bahasa pemrograman, di antaranya HTML, PHP, dan Java dengan menggunakan PHP MySQL sebagai database.

Powered by Amazing-Templates.com 2014 - All Rights Reserved.